This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Welcome to our website. Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum dolor.

Lorem ipsum eu usu assum liberavisse, ut munere praesent complectitur mea. Sit an option maiorum principes. Ne per probo magna idque, est veniam exerci appareat no. Sit at amet propriae intellegebat, natum iusto forensibus duo ut. Pro hinc aperiri fabulas ut, probo tractatos euripidis an vis, ignota oblique.

Ad ius munere soluta deterruisset, quot veri id vim, te vel bonorum ornatus persequeris. Maecenas ornare tortor. Donec sed tellus eget sapien fringilla nonummy. Mauris a ante. Suspendisse quam sem, consequat at, commodo vitae, feugiat in, nunc. Morbi imperdiet augue quis tellus.

Sabtu, 25 Mei 2013

SISTEM PENDIDIKAN KAPITALIS / COMERSIALISASI



SISTEM PENDIDIKAN KAPITALIS / COMERSIALISASI
Tidak usah jauh jauh memandang negara Indonesia , negara kita sendiri yang sudah terkenal dengan sistem pendidikannya yang selalu GAGAL !. pendidikan tersebut juga diterapkan oleh Amerika yang menekankan bahwa pendidikan sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan, memperkaya diri tetapi tidak mengutamakan oleh keinginan anak didik.
Pendidikan semacam itu hanya akan merusak pribadi seorang anak didik, anak dituntut untuk mengikuti pendidikan akademoik yang tidak sesuai dengan keinginan, anak selalu dipaksa untuk mendapatkan pendidikan yang tidak sesuai dengan minatnya sendiri akhirnya dampak negatifnya diraasakan bahwa banyaknya hasil lulusan anak didik yang kurang berkualitas dibidangnya, kurang nyaman dengan pekerjaannya akhirnya malas untuk bekerja.
Pendidikan itu hendaknya perlu memikirkan keinginan, minat dan bakat seorang anak, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk kemajuan pribadi anak, orang tua jangan memaksakan kehendaknya bahwa si anak jika lulus harus jadi ini, itu, yang penghasilannya berjuta-juta, beratus-ratus dsb.
Pendidikan yang baik itu tidak memprioritaskan kekayaan , tetapi bagaimana seorang anak nantinya memperoleh kebahagian dan kesenangan dari hasil memperoleh pendidikannya. Biarkan anak memilih pendidikan sesuai dengan bakat dan  minatnya,, walaupun dirasa pendidikannya dipandang dunia kurang modernisasi. Orang tua jangan mementingkan egonya semata, tetapi memikirkan kebahagian anak. Jika si anak memperoleh pendidikan yang sesuia dengan keinginannya maka si anak akan menjalani pendidikannya denganpenuh semangat dan senang untuk menjalani pendidikannnya, imbasnya pendidikan jyang telah di tempuh akan berkualitas karena dilakukan sesuia dengan minatnya sendiri, bakatnya sendiri, bukan karena paksaan dari dunia luar.
Anak itu dilahirkan bukan seperti tabula rasa, tetapi  anak anak melainkan  kertas berwarna yang sudah tergambar oleh pola diatasnya tidak bisa langsung asal corat-coret saja, sering jadi tidak bermakna nantinya (via Thomas Adi Nugroho Chaidir).  

Jumat, 24 Mei 2013

ringksan komunikasi organisasi



Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang
Makna sebenarnya ada pada kepala kita, buka terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata. Pernah seorang profesor menghabiskan waktu  berbulan-bulan untuk menulis sebuah naskah buku yang baru. Ia memberikan naskah tersebut kepada sekretarisnya dengan perintah “Burn this for me, will you?” (“Tolong bakar ini”). Ia meminta sekretarisnya itu untuk memfotocopy naskah buku tersebut, dan ia menggunakan jarghon perkantoran burn (bakar). Akhirnya hasil kerja keras itu musnah menjadi asap dalam tempat pembakaran.
Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya). Anda dapat mengatakan bahwa anda tentara atau memakai baju tentara, meskipun anda samasekali bukan tentara. Anda mengaku anda mencintai seseorang, padahal yang anda rasakan justru malah seblaiknya. Atau, Anda mengucapkan jempol kepada kawan Anda yang baru selesai menyanyi di panggung, padahal Anda sebenarnya menganggap penampilannya buruk. Dengan demikian, juga tidak ada kaitan antara munculnya kupu-kupu di dalam rumah dengan akan datangnya tamu, seperti juga tidak ada hubungan alamiah antara pelarungan daerah Udin (wartwan Harian Bernas) ke laut dengan kepastian menemukan pembunuh  Udin, seperti yang dipercayai polisi penyidik. Kita tahu, pembunuh Udin itu hingga sekarang belum pernah ditemukan.
Sebagian orang- orang percaya bahwa angka-angka tertentu mengandung makna-makna tertentu, misalnya: kualitas bagus atau jelek

Kamis, 23 Mei 2013

komunikasi organisasi bab 10 wayne peace

Dinamika Komunikasi Organisasi
Gagasan komunikasi yang lebih tradisional terpusat pada konsep “transmisi” dan “alat”. Dalam hal “transmisi” , Carey (1957) mengingatkan kita bahwa definisi komunikasi menitibbberatkan gagasan pengiriman, penyebaran, dan pemberian informasi kepada orang lain untuk tujuan pengendalian. Gagasan yang dikemukakan oleh Pearce (1989) bahwa komiunikasi merupakan suatu  ” sarana” pikiran, suatu alat yang digunakan juntuk melakukan sesuatu.
Komunikasi sebagai suatu Mekanisme Kekuasaan
Komunikasi sebagai mekanisme kekuasaan dalam organisasi yaitu bahwa komunikasi terdapat kekuasaan memberi ganjaran dan kekuasaan  yang memaksa . Biasanya wewenang seperti ini yang digunakan para pimpinan di dalam melakukan komunikasi dengan para anggotanya untuk memberikan perintah .Keberhasilan dalam kekuasaan semacam ini.
 Komunikasi sebagai Kekuasaan
bergantung pada komunikasi. Suatu ancaman tidak akan efektif bila tidak dipandang sebagai ancaman. Seseorang dapat mengikuti hal yang dibicarakan apabila orang tersebut dapat menunjukan sejauh mana seseorang tersebut hadir dihadapan orang-orang lainny tersebut. Dalam konteks organisasi, komunikasi digunakan untuk menentukan norma-norma, tujuan, dan perilaku organisasi. Organisasi sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki suatu kekuasaan, melaksanakannya melalui komunikasi, dan dengan demikian  mencipatakan tindakan yang terorganisasi.
Persepsi dn penafsiran pribadi atas lingkungan bergantung pada komunikasi. Dalam pengertian “objektif”, apa yang diketahui manusia tentang dunia “nyata” datang kepada mereka melalui suatu penyaring (filter). Suatu pandangan “subjektif” menyatakan bahwa komunikasi berbuat lebih banyak dari sekedar menggambarkan dunia. Bosmajian (1983) mengembangkan tema ini dalam penyelidikannya mengenai bahasa. Manusia memiliki kekuasaan bila mereka dapat mendefinisikan diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan mereka dan orang-orang lain menerima serta mendukung definisi ini.
Berger dan Luckman (1966) menyatakan bahwa struktur sosial bergerak dari inilah yang kami lakukan sampai inilah cara yang sebenarnya. Dalam pandangan kami, organisasi dikontruksi melalui komunikasi, dan mereka yang dapat menentukan labelnya dan mempertahankan label itu dapat menggunakan kekuasaan karena label itu sendiri mengarahkan tindakan.
Singkatnya, komunikasi adalah kekuasaan karena kemampuannya untuk menentukan hasil-hasil : pengetahuan, keyakinan, dan tindakan. Tompkins dan Cheney (1985) menyelidiki penggunaan kekuasaan secara halus dengan menunjukan bahwa pengendalian dapat dijalankan bila individu-individu turut bersekutu dalam premis-premis kebijakan atau sistem kepercayaan yang tidak ternyatakan (unstated).
Seluk beluk dan dampak komunikasi sebagai kekuasaan paling baik dilihat dari hasil penelitian Foulcault ( 1972, 1977, 1980 ), yang berpendapat bahwa pengetahuan dihimpun dari khazanah wacana bersama dan praktik-praktik diskursif tertentu.
Aturan memutuskan siapa yang di izinkan berbicara dan menulis sesuai dengan otoritas dan jenis wacana apa yang harus dipenuhi oleh konsep dan teori agar diterima sebagai pengetahuan.
“Bagi Focault (1980), kekuasaan adalah seperangkat hubungan yang ditetapkan dan dilaksanakan melaui diskusi.
Hubungan-hubungan kekuasaan hadir di tingkat perorangan/ perorangan; perorangan/ kelompok;kelompok/kelompok; dan perorangan/ organisasi dalam lingkungan organisasi.

Beberapa Implikasi

Bahasa mengawali, mempertahankan dan mentranformasikan organisasi. Berger dan luckmann untuk melupakan bahwa realitas sosial benar-benar merupakan suatu kontruksi sosial yang harus diikuti alih-alih suatu objek yang hadir lebih dulu yang harus diikuti.
Perhatian pada manusia sebagai pelaku menekankan akal-sehat yang menciptakan realitas organisasi, sedangkan struktur (determinisme) memandang reproduksi realitas melalui bentuk-bentuk struktural, yang dengan sendirinya membentuk manusia sebagai pelaku.
Kekuasaan dalam organisasi dapat dipandang sebagai kapasitas perorangan untuk membuat perbedaan dalam memproduksi dan mereproduksi struktur (aturan-aturan, kebijakan, praktik-praktik, dn nilai-nilai). Bagian yang melekat pada struktur adalah bahasa dan praktik-praktik diskursifnya yang mencakup pidato/ ceramah, penulisan dan argumentasi.
Permulaan bahwa organisasi berkenaan dengan pengendalian, yang berarti berhubungan kekuasaan yang menjadi sifat pengendalian tersebut (kekuasaan inheren). Persoalannya meliputi bagaimana organisasi mempertahankan stabilitas dan pada saat yang sama menjamin kreativitas perorangan yang memungkinkan adanya perubahan dan penyesuaian. Organisasi harus mampu“melihat “ alternatif.
Pertanyaan utama adalah : jenis kekuasaan dan jenis komunikasi apa yang memudahkan hasil-hasil tersebut? Pernyataan Boulding (1989) mengenai kekuasaan integratif terpusat pada mempersatukan orang-orang bersama dan menumbuhkan legitimasi (hak kekuasaan). Kekuasaanlah yang membangkitkan kesetiaan.
Pembagian kekuasaan merupakan sifat demokrasi. Ada kepercayaan mendasar bahwa manusia mempunyai hak untuk mempertanyakan kebijaksanaan dan prosedur yang berdampak pada kehidupan mereka. Dengan banyaknya praktik demokrasi yang terkadang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi maka dengan cacatnya yang mungkin terjadi, kebanyakan orang mungkin lebih suka bekerja dalam organisasi yang mencoba untuk mempraktikan beberapa prosedur demokrasi yang baik. Penting dicatat bahwa bila kita menggunakan istilah  “pembagian kekuasaan” dan “pemberian kekuasaan”, kita bertujuan pada cita-cita demokrasi. Ada peningkatan pengakuan atas nilai-nilai manusia dan pentingnya kualitas kehidupan-kerja dalam organisasi.